White Sakura in Tokyo, Japan, in Marissa Haque & Ikang Fawzi

White Sakura in Tokyo, Japan, in Marissa Haque & Ikang Fawzi
White Sakura in Tokyo, Japan, in Marissa Haque & Ikang Fawzi

Jumat, 22 April 2011

Jepang di Meja Belajar Kedua Anak Kami: Ikang Fawzi & Marissa Haque

Spirit dari Meja Belajar Chikita Fawzi Adikku: Isabella Fawzi

Spirit dari Meja Belajar Chikita Fawzi

Dari kecil kami dirumah hanya berdua... dari kecil berdua... berdua...

Rupanya berdua terus dari kecil adalah salah satu doa kedua orang tua kami Ayah Ikang dan Ibu Icha bahwa agar aku selama kehidupan masa kanak-kanak kami disaat lalu tidak pernah merasa sendirian dan kesepian. Aku punya sahabat sejati dan itu Kiki adikku semata wayang yang sekarang sedang kuliah di Malaysia.

Kata banyak orang yang dekat dihati kedua orang tua kami, bahwa Kiki dan aku selalu terlihat kompak adanya. Walau tentu sebagaimana layaknya kanak-kanak kamipun seringkali bertengkar tanpa sebab jelas. Pokoknya kepingin saja ribut dan jambak-jambakan. Tapi itu duluuuuu... belasan tahun silam. Kini kami bertumbuh menjadi dua anak gadis yang insya Allah akan membanggakan kedua orang tua kami -- Ayah Ikang dan Ibu Icha.

Kangen sekali hari ini aku pada Kiki adikku semata wayang. Tadi pagi aku sempatkan membersihkan debu menempel pada meja belajarnya. Ku-scan dua potong entitas diatas ini. Baju boneka barbie kesayangan Kiki pemberian Ibu dan Ayah saat kami masih tinggal di Tebet dulu yang masih disimpannya, dan origami Jepang yang menjadi spiritnya didalam mempelajari seluruh kultur bangsa Jepang dan kebiasaan membuat animasi kartun komik MANGA.

Kiki juga sangat rajin menjaga kehalusan kulitnya dengan minyak zaitun. Ketika kutemukan sebotol minyak zaitun ini dimejanya tak terasa airmataku mengambang karena rasa rindu yang meledak didadaku ini.

Kiki... Kiki... tak sabar hatiku menunggu kedatanganmu Sabtu besok ini..

Welcome back home dearest sister...

Sumber: http://miss-bellafawzi.blogspot.com/2009/10/spirit-dari-meja-belajar-chikita-fawzi.html

Turisme Jepang Bersabarlah: Yomiuri Shimbun dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi

Jumlah Wisatawan Asing Menurun Drastis


Berita seperti ini memang tidak terelakkan lagi.

TV Asahi melaporan tentang penurunan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Jepang pada Maret yang mencapai 50,3%. Wisatawan dari Korea Selatan, China, dan Amerika Serikat telah turun hampir 50%, sedangkan penurunan wisatawan dari Perancis dan Jerman hampir 60%.

Menurut survei Yomiuri Shimbun, setidaknya 80.000 orang asing telah membatalkan mengunjungi Jepang dalam 1 bulan terakhir. Pemesanan hotel dan paket tour dibatalkan sejak bencana besar melanda Jepang. Beberapa maskapai penerbangan asing juga membatalkan penerbangan mereka ke negara sakura ini.

"Saya tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya," kata seorang karyawan di Suzuya, sebuah toko suvenir di Asakusa, Tokyo. Dia melirik ke jalan Nakamise yang biasanya penuh sesak tapi sekarang jalanannya hampir kosong. Penjualan di toko Suzuya sejak telah turun lebih dari 90%.

Noboribetsu, resort pemandian air panas di Hokkaido yang biasanya menarik sekitar 200.000 wisatawan asing per tahun ini tidak luput dari krisis. Lebih dari 20.000 wisatawan, terutama dari Korea Selatan dan Taiwan, telah membatalkan reservasi mereka di hotel-hotel dan penginapan secara serentak.

"Seluruh bangsa sedang dipengaruhi oleh rumor yang melebih-lebihkan bahaya mengunjungi Jepang karena kerusakan pembangkit listrik tenaga nuklir," kata seorang pejabat dari Asosiasi Wisata Noboribetsu.

Mau bagaimana lagi? Bersabarlah, warga Jepang.

Sumber: http://www.jepang.net/

Sakura: dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi

Sakura

Bunga Sakura, hmmmm,,, siapa sih yang gag kenal sama bunga yang satu ini. Yak, Sakura-Samurai-Fujiyama adalah tiga serangkai identitas khas Jepang yang populer.




Sakura adalah istilah mekarnya bunga cherry di Jepang. Jadi salah besar ding kalo nyangka Sakura itu nama bunga. Kata terdekatnya, yaitu saku artinya adalah mekar (blossoms). Jadi, peristiwa mekarnya bunga cherry (cherry blossoms) varietas Prunnus serrulata disebut sakura dan entah sejak kapan bunga cherry tersebut menjadi bunga sakura.

Oya, bunga Sakura sendiri tidak hanya terdapat di Jepang lho. Di China dan di Korea juga kebanyakan Asia Timur lainnya juga ada mekarnya bunga Sakura. Mungkin karena Jepang lebih jor-joran promosinya kali.



Hanami
Di Jepang sendiri ada suatu tradisi menikmati bunga sakura (semacam piknik gitu) dengan menggelar tiker di bawah pohon cerri yang sedang mekar (sakura) sambil makan-makan dan bercanda ria bersama keluarga. Nama tradisi itu adalah Hanami. Jika ditelusuri sejarahnya,tradisi Hanami itu sendiri berasal dari periode  Nara (710-794 M). Hanya saja saat itu bukan sakura yang jadi objeknya, melainkan bunga pohon uma (sejenis cerri).

Tradisi Hanami di bawah sakura dimulai sejak periode Heian (794-1185 M). Namun saat itu, tradisi Hanami hanya bisa dinikmati oleh keluarga raja dan para bangsawan (shogun/daimyo). Namun seiring berjalannya waktu, perlahan-lahan kaum samurai juga bisa menikmatinya. Dan sejak periode Edo, tradisi Hanami menjadi sesuatu yang lumrah bagi kebanyakan orang Jepang. Tercatat shogun Tokugawa Yoshimune waktu itu giat menggalakkan penanaman pohon Sakura dan tradisi Hanami.

Sakura mekar pada awal musim semi. Diawali di kepulauan Okinawa di selatan pada bulan Januari dan bergerak terus ke utara. Sakura mekar di Kyoto dan Tokyo pada akhir Maret atau pada permulaan April. Kemudian sampai di Hokkaido beberapa minggu kemudian. Karena Sakura mekar pada awal musim semi, sehingga sakura-pun kemudian menjadi simbol musim semi dan kehidupan yang baru.

Hampir semua wilayah di Jepang memiliki pohon Sakura. Karena Sakura seakan-akan telah menjadi bagian dari budaya dan identitas Jepang itu sendiri. Terbukti dari banyaknya budaya maupun hasil budaya yang melibatkan bunga Sakura. Salah satunya sakura menjadi metafora dari kehidupan fana (ephemeral nature of life). Dalam ajaran Buddha sendiri, sakura adalah simbol dari filosofi Mono no aware (empati/sensitivitas terhadap sesama). Nah, belakangan ini sakura juga dilibatkan dalam budaya pop Jepang seperti manga, anime, dan J-pop. Misalnya temen kunoichi nya Naruto, Sakura-chan.

Selama perang dunia ke-2, Sakura merupakan penggerak semangat nasionalisme tentara Nippon saat itu. Mereka menjahitkan lambang sakura dalam seragam perang. Atau yang lebih ekstrem adalah menggambar bunga sakura pada badan pesawat kemudian meledakan pesawat bersama-sama sang pilot (kamikaze/suicide bombing). Tentara Jepang yang mati saat perang, jiwanya dianggap tetap hidup bersamaan dengan mekarnya bunga Sakura.

Nah, ada beberapa varietas Sakura yang tumbuh di Jepang. Diantaranya, Prunus serrulata, Prunnus speciosa, Prunus x yedoensis dan Prunus sargentii. Varietas yang paling terkenal adalah Prunus x yedoensis yang dikenal dengan nama Somei Yoshino. Warna bunganya hampir putih semua dengan variasi pink pucak dekat tangkai bunga. Ada juga sakura yang mekar pada akhir musim gugur dan terus hingga pertengahan musim dingin. Varietas ini dikenal dengan nama winter sakura (fuyuzakura). Adapun varietas lainnya, diantaranya yamazakura, yaezakura dan shidarezakura.

Selain di Jepang, Sakura juga ditemukan di negara-negara Asia Timur lainya seperti China, Korea (khususnya di pulau Jeju) dan di Filipina. Namun belakangan ini, sakura juga dikembangkan di negara-negara barat seperti di Amerika, Kanada, Inggris dan di Turki.

Bunga sakura, kerapkali dijadikan acar yang diasinkan (asinan) dan dijadikan bumbu dalam masakan Jepang tertentu. Acar bunga Sakura kadangkala dicampur dengan air panas yang disebut sakurayu yang diminum pada event tertentu, misalnya saat pesta pernikahan sebagai ganti teh hijau. Bunga sakura yang sering digunakan biasnya adalah sakura jenis Oshima karena teksturnya yang lembut. Namun, karena bunga Sakura mengandung senyawa Coumarin, mengkonsumsinya dalam jumlah banyak sangat tidak dianjurkan.

Sejarah Jepang dari Wikipedia.com: dalam Marissa Haque dan Ikang Fawzi

Sejarah

[sunting] Prasejarah

Sebuah bejana dari periode Jomon Pertengahan (3000-2000 SM).
Penelitian arkeologi menunjukkan bahwa Jepang telah dihuni manusia purba setidaknya 600.000 tahun yang lalu, pada masa Paleolitik Bawah. Setelah beberapa zaman es yang terjadi pada masa jutaan tahun yang lalu, Jepang beberapa kali terhubung dengan daratan Asia melalui jembatan darat (dengan Sakhalin di utara, dan kemungkinan Kyushu di selatan), sehingga memungkinkan perpindahan manusia, hewan, dan tanaman ke kepulauan Jepang dari wilayah yang kini merupakan Republik Rakyat Cina dan Korea. Zaman Paleolitik Jepang menghasilkan peralatan bebatuan yang telah dipoles yang pertama di dunia, sekitar tahun 30.000 SM.
Dengan berakhirnya zaman es terakhir dan datangnya periode yang lebih hangat, kebudayaan Jomon muncul pada sekitar 11.000 SM, yang bercirikan gaya hidup pemburu-pengumpul semi-sedenter Mesolitik hingga Neolitik dan pembuatan kerajinan tembikar terawal di dunia. Diperkirakan bahwa penduduk Jomon merupakan nenek moyang suku Proto-Jepang dan suku Ainu masa kini.
Dimulainya periode Yayoi pada sekitar 300 SM menandai kehadiran teknologi-teknologi baru seperti bercocok tanam padi di sawah yang berpengairan dan teknik pembuatan perkakas dari besi dan perunggu yang dibawa serta migran-migran dari Cina atau Korea.
Dalam sejarah Cina, orang Jepang pertama kali disebut dalam naskah sejarah klasik, Buku Han yang ditulis tahun 111. Setelah periode Yayoi disebut periode Kofun pada sekitar tahun 250, yang bercirikan didirikannya negeri-negeri militer yang kuat. Menurut Catatan Sejarah Tiga Negara, negara paling berjaya di kepulauan Jepang waktu itu adalah Yamataikoku.

[sunting] Zaman Klasik

Bagian sejarah Jepang meninggalkan dokumen tertulis dimulai pada abad ke-5 dan abad ke-6 Masehi, saat sistem tulisan Cina, agama Buddha, dan kebudayaan Cina lainnya dibawa masuk ke Jepang dari Kerajaan Baekje di Semenanjung Korea.
Jepang dapat mengusir dua kali invasi Mongol ke Jepang (1274 dan 1281)
Perkembangan selanjutnya Buddhisme di Jepang dan seni ukir rupang sebagian besar dipengaruhi oleh Buddhisme Cina.[14] Walaupun awalnya kedatangan agama Buddha ditentang penguasa yang menganut Shinto, kalangan yang berkuasa akhirnya ikut memajukan agama Buddha di Jepang, dan menjadi agama yang populer di Jepang sejak zaman Asuka.[15]
Melalui perintah Reformasi Taika pada tahun 645, Jepang menyusun ulang sistem pemerintahannya dengan mencontoh dari Cina. Hal ini membuka jalan bagi filsafat Konfusianisme Cina untuk menjadi dominan di Jepang hingga abad ke-19.
Periode Nara pada abad ke-8 menandai sebuah negeri Jepang dengan kekuasaan yang tersentralisasi. Ibu kota dan istana kekaisaran berada di Heijo-kyo (kini Nara). Pada zaman Nara, Jepang secara terus menerus mengadopsi praktik administrasi pemerintahan dari Cina. Salah satu pencapaian terbesar sastra Jepang pada zaman Nara adalah selesainya buku sejarah Jepang yang disebut Kojiki (712) dan Nihon Shoki (720).[16]
Patung Buddha di Todaiji, Nara, yang dibuat pada tahun 752.
Pada tahun 784, Kaisar Kammu memindahkan ibu kota ke Nagaoka-kyō, dan berada di sana hanya selama 10 tahun. Setelah itu, ibu kota dipindahkan kembali ke Heian-kyō (kini Kyoto). Kepindahan ibu kota ke Heian-kyō mengawali periode Heian yang merupakan masa keemasan kebudayaan klasik asli Jepang, terutama di bidang seni, puisi dan sastra Jepang. Hikayat Genji karya Murasaki Shikibu dan lirik lagu kebangsaan Jepang Kimi ga Yo berasal dari periode Heian.[17]

[sunting] Zaman Pertengahan

Sekelompok orang-orang Portugis dari periode Nanban, abad ke-17.
Abad pertengahan di Jepang merupakan zaman feodalisme yang ditandai oleh perebutan kekuasaan antarkelompok penguasa yang terdiri dari ksatria yang disebut samurai. Pada tahun 1185, setelah menghancurkan klan Taira yang merupakan klan saingan klan Minamoto, Minamoto no Yoritomo diangkat sebagai shogun, dan menjadikannya pemimpin militer yang berbagi kekuasaan dengan Kaisar. Pemerintahan militer yang didirikan Minamoto no Yoritomo disebut Keshogunan Kamakura karena pusat pemerintahan berada di Kamakura (di sebelah selatan Yokohama masa kini). Setelah wafatnya Yoritomo, klan Hōjō membantu keshogunan sebagai shikken, yakni semacam adipati bagi para shogun. Keshogunan Kamakura berhasil menahan serangan Mongol dari wilayah Cina kekuasaan Mongol pada tahun 1274 dan 1281. Meskipun secara politik terbilang stabil, Keshogunan Kamakura akhirnya digulingkan oleh Kaisar Go-Daigo yang memulihkan kekuasaan di tangan kaisar. Kaisar Go-Daigo akhirnya digulingkan Ashikaga Takauji pada 1336.[18] Keshogunan Ashikaga gagal membendung kekuatan penguasa militer dan tuan tanah feodal (daimyo) dan pecah perang saudara pada tahun 1467 (Perang Ōnin) yang mengawali masa satu abad yang diwarnai peperangan antarfaksi yang disebut masa negeri-negeri saling berperang atau periode Sengoku.[19]
Pada abad ke-16, para pedagang dan misionaris Serikat Yesuit dari Portugal tiba untuk pertama kalinya di Jepang, dan mengawali pertukaran perniagaan dan kebudayaan yang aktif antara Jepang dan Dunia Barat (Perdagangan dengan Nanban). Orang Jepang menyebut orang asing dari Dunia Barat sebagai namban yang berarti orang barbar dari selatan.
Salah satu kapal segel merah 
 
Jepang (1634) yang dipakai berdagang di Asia.
Oda Nobunaga menaklukkan daimyo-daimyo pesaingnya dengan memakai teknologi Eropa dan senjata api. Nobunaga hampir berhasil menyatukan Jepang sebelum tewas terbunuh dalam Peristiwa Honnōji 1582. Toyotomi Hideyoshi menggantikan Nobunaga, dan mencatatkan dirinya sebagai pemersatu Jepang pada tahun 1590. Hideyoshi berusaha menguasai Korea, dan dua kali melakukan invasi ke Korea, namun gagal setelah kalah dalam pertempuran melawan pasukan Korea yang dibantu kekuatan Dinasti Ming. Setelah Hideyoshi wafat, pasukan Hideyoshi ditarik dari Semenanjung Korea pada tahun 1598.[20]

Sepeninggal Hideyoshi, putra Hideyoshi yang bernama Toyotomi Hideyori mewarisi kekuasaan sang ayah. Tokugawa Ieyasu memanfaatkan posisinya sebagai adipati bagi Hideyori untuk mengumpulkan dukungan politik dan militer dari daimyo-daimyo lain. Setelah mengalahkan klan-klan pendukung Hideyori dalam Pertempuran Sekigahara tahun 1600, Ieyasu diangkat sebagai shogun pada tahun 1603. Pemerintahan militer yang didirikan Ieyasu di Edo (kini Tokyo) disebut Keshogunan Tokugawa. Keshogunan Tokugawa curiga terhadap kegiatan misionaris Katolik, dan melarang segala hubungan dengan orang-orang Eropa. Hubungan perdagangan dibatasi hanya dengan pedagang Belanda di Pulau Dejima, Nagasaki. Pemerintah Tokugawa juga menjalankan berbagai kebijakan seperti undang-undang buke shohatto untuk mengendalikan daimyo di daerah. Pada tahun 1639, Keshogunan Tokugawa mulai menjalankan kebijakan sakoku ("negara tertutup") yang berlangsung selama dua setengah abad yang disebut periode Edo. Walaupun menjalani periode isolasi, orang Jepang terus mempelajari ilmu-ilmu dari Dunia Barat. Di Jepang, ilmu dari buku-buku Barat disebut rangaku (ilmu belanda) karena berasal dari kontak orang Jepang dengan enklave orang Belanda di Dejima, Nagasaki. Pada periode Edo, orang Jepang juga memulai studi tentang Jepang, dan menamakan "studi nasional" tentang Jepang sebagai kokugaku.[21]

[sunting] Zaman Modern

Kekaisaran Jepang terdiri dari sebagian besar Asia Timur dan Tenggara pada tahun 1942.
 
Pada 31 Maret 1854, kedatangan Komodor Matthew Perry dan "Kapal Hitam" Angkatan Laut Amerika Serikat memaksa Jepang untuk membuka diri terhadap Dunia Barat melalui Persetujuan Kanagawa. Persetujuan-persetujuan selanjutnya dengan negara-negara Barat pada masa Bakumatsu membawa Jepang ke dalam krisis ekonomi dan politik. Kalangan samurai menganggap Keshogunan Tokugawa sudah melemah, dan mengadakan pemberontakan hingga pecah Perang Boshin tahun 1867-1868. Setelah Keshogunan Tokugawa ditumbangkan, kekuasaan dikembalikan ke tangan kaisar (Restorasi Meiji) dan sistem domain dihapus. Semasa Restorasi Meiji, Jepang mengadopsi sistem politik, hukum, dan militer dari Dunia Barat. Kabinet Jepang mengatur Dewan Penasihat Kaisar, menyusun Konstitusi Meiji, dan membentuk Parlemen Kekaisaran. Restorasi Meiji mengubah Kekaisaran Jepang menjadi negara industri modern dan sekaligus kekuatan militer dunia yang menimbulkan konflik militer ketika berusaha memperluas pengaruh teritorial di Asia. Setelah mengalahkan Cina dalam Perang Sino-Jepang dan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang, Jepang menguasai Taiwan, separuh dari Sakhalin, dan Korea.[22]

Pada awal abad ke-20, Jepang mengalami "demokrasi Taisho" yang dibayang-bayangi bangkitnya ekspansionisme dan militerisme Jepang. Semasa Perang Dunia I, Jepang berada di pihak Sekutu yang menang, sehingga Jepang dapat memperluas pengaruh dan wilayah kekuasaan. Jepang terus menjalankan politik ekspansionis dengan menduduki Manchuria pada tahun 1931. Dua tahun kemudian, Jepang keluar dari Liga Bangsa-Bangsa setelah mendapat kecaman internasional atas pendudukan Manchuria. Pada tahun 1936, Jepang menandatangani Pakta Anti-Komintern dengan Jerman Nazi, dan bergabung bergabung bersama Jerman dan Italia membentuk Blok Poros pada tahun 1941[23]

Pada tahun 1937, invasi Jepang ke Manchuria memicu terjadinya Perang Sino-Jepang Kedua (1937-1945) yang membuat Jepang dikenakan embargo minyak oleh Amerika Serikat[24] Pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, dan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda. Serangan Pearl Harbor menyeret AS ke dalam Perang Dunia II. Setelah kampanye militer yang panjang di Samudra Pasifik, Jepang kehilangan wilayah-wilayah yang dimilikinya pada awal perang. Amerika Serikat melakukan pengeboman strategis terhadap Tokyo, Osaka dan kota-kota besar lainnya. Setelah AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945 (Hari Kemenangan atas Jepang).[25]
Perang membawa penderitaan bagi rakyat Jepang dan rakyat di wilayah jajahan Jepang. Berjuta-juta orang tewas di negara-negara Asia yang diduduki Jepang di bawah slogan Kemakmuran Bersama Asia. Hampir semua industri dan infrastruktur di Jepang hancur akibat perang. Pihak Sekutu melakukan repatriasi besar-besaran etnik Jepang dari negara-negara Asia yang pernah diduduki Jepang.[26] Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh yang diselenggarakan pihak Sekutu mulai 3 Mei 1946 berakhir dengan dijatuhkannya hukuman bagi sejumlah pemimpin Jepang yang terbukti bersalah melakukan kejahatan perang.
Pencakar langit di Shinjuku, Tokyo
 
Pada tahun 1947, Jepang memberlakukan Konstitusi Jepang yang baru. Berdasarkan konstitusi baru, Jepang ditetapkan sebagai negara yang menganut paham pasifisme dan mengutamakan praktik demokrasi liberal. Pendudukan AS terhadap Jepang secara resmi berakhir pada tahun 1952 dengan ditandatanganinya Perjanjian San Francisco.[27] Walaupun demikian, pasukan AS tetap mempertahankan pangkalan-pangkalan penting di Jepang, khususnya di Okinawa. Perserikatan Bangsa-Bangsa secara secara resmi menerima Jepang sebagai anggota pada tahun 1956.

Seusai Perang Dunia II, Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, dan menempatkan Jepang sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor dua di dunia, dengan rata-rata pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 10% per tahun selama empat dekade. Pesatnya pertumbuhan ekonomi Jepang berakhir pada awal tahun 1990-an setelah jatuhnya ekonomi gelembung.[28]

TEntang Nama Jepang (Jepang): dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi

Nama Jepang

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Jepang

Jepang disebut Nippon atau Nihon dalam bahasa Jepang. Kedua kata ini ditulis dengan huruf kanji yang sama, yaitu 日本 (secara harfiah: asal-muasal matahari). Sebutan Nippon sering digunakan dalam urusan resmi, termasuk nama negara dalam uang Jepang, prangko, dan pertandingan olahraga internasional. Sementara itu, sebutan Nihon digunakan dalam urusan tidak resmi seperti pembicaraan sehari-hari.

Kata Nippon dan Nihon berarti "negara/negeri matahari terbit". Nama ini disebut dalam korespondensi Kekaisaran Jepang dengan Dinasti Sui di Cina, dan merujuk kepada letak Jepang yang berada di sebelah timur daratan Cina. Sebelum Jepang memiliki hubungan dengan Cina, negara ini dikenal sebagai Yamato (大和).[12] Di Cina pada zaman Tiga Negara, sebutan untuk Jepang adalah negara Wa ().

Dalam bahasa Cina dialek Shanghai yang termasuk salah satu dialek Wu, aksara Cina 日本 dibaca sebagai Zeppen ([zəʔpən]). Dalam dialek Wu, aksara secara tidak resmi dibaca sebagai [niʔ] sementara secara resmi dibaca sebagai [zəʔ]. Dalam beberapa dialek Wu Selatan, 日本 dibaca sebagai [niʔpən] yang mirip dengan nama dalam bahasa Jepang.

Kata Jepang dalam bahasa Indonesia kemungkinan berasal dari bahasa Cina, tepatnya bahasa Cina dialek Wu tersebut. Bahasa Melayu kuno juga menyebut negara ini sebagai Jepang (namun ejaan bahasa Malaysia sekarang: Jepun). Kata Jepang dalam bahasa Melayu ini kemudian dibawa ke Dunia Barat oleh pedagang Portugis, yang mengenal sebutan ini ketika berada di Malaka pada abad ke-16. Mereka lah yang pertama kali memperkenalkan nama bahasa Melayu tersebut ke Eropa. Dokumen tertua dalam bahasa Inggris yang menyebut tentang Jepang adalah sepucuk surat dari tahun 1565, yang di dalamnya bertuliskan kata Giapan.[13]

Tentang Jepang: dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi

Jepang (bahasa Jepang: 日本 Nippon/Nihon, nama resmi: Nipponkoku/Nihonkoku Tentang suara ini dengarkan ) adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Jepang terdiri dari 6.852 pulau[9] yang membuatnya merupakan suatu kepulauan. Pulau-pulau utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu (pulau terbesar), Shikoku, dan Kyushu. Sekitar 97% wilayah daratan Jepang berada di keempat pulau terbesarnya. Sebagian besar pulau di Jepang bergunung-gunung, dan sebagian di antaranya merupakan gunung berapi. Gunung tertinggi di Jepang adalah Gunung Fuji yang merupakan sebuah gunung berapi. Penduduk Jepang berjumlah 128 juta orang, dan berada di peringkat ke-10 negara berpenduduk terbanyak di dunia. Tokyo secara de facto adalah ibu kota Jepang, dan berkedudukan sebagai sebuah prefektur. Tokyo Raya adalah sebutan untuk Tokyo dan beberapa kota yang berada di prefektur sekelilingnya. Sebagai daerah metropolitan terluas di dunia, Tokyo Raya berpenduduk lebih dari 30 juta orang.

Menurut mitologi tradisional, Jepang didirikan oleh Kaisar Jimmu pada abad ke-7 SM. Kaisar Jimmu memulai mata rantai monarki Jepang yang tidak terputus hingga kini. Meskipun begitu, sepanjang sejarahnya, untuk kebanyakan masa kekuatan sebenarnya berada di tangan anggota-anggota istana, shogun, pihak militer, dan memasuki zaman modern, di tangan perdana menteri. Menurut Konstitusi Jepang tahun 1947, Jepang adalah negara monarki konstitusional di bawah pimpinan Kaisar Jepang dan Parlemen Jepang.

Sebagai negara maju di bidang ekonomi,[10] Jepang memiliki produk domestik bruto terbesar nomor dua setelah Amerika Serikat, dan masuk dalam urutan tiga besar dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Jepang adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, G8, OECD, dan APEC. Jepang memiliki kekuatan militer yang memadai lengkap dengan sistem pertahanan moderen seperti AEGIS serta suat armada besar kapal perusak. Dalam perdagangan luar negeri, Jepang berada di peringkat ke-4 negara pengekspor terbesar dan peringkat ke-6 negara pengimpor terbesar di dunia. Sebagai negara maju, penduduk Jepang memiliki standar hidup yang tinggi (peringkat ke-8 dalam Indeks Pembangunan Manusia) dan angka harapan hidup tertinggi di dunia menurut perkiraan PBB.[11] Dalam bidang teknologi, Jepang adalah negara maju di bidang telekomunikasi, permesinan, dan robotika.

Namiko Abe dan Informasi tentang Budaya Jepang di Internet: Marissa Haque Fawzi

Namiko Abe

Japanese Language

By Namiko Abe, About.com Guide since 1997

Namiko Abe is a Japanese teacher and translator.

Experience:

Namiko was born and grew up in Japan. In addition to being a native Japanese speaker, she has taught Japanese to children, high school students and at the college level (Japanese levels I and II). She has also worked as a translator for law firms.

Education:

Namiko graduated with a degree in English Literature from Kwansei Gakuin University, Japan. She has also studied teaching Japanese as a foreign language through the NAFL Institute. She holds the rank of yon-dan (fourth degree) from the Nihon Shuji (The Japan Calligraphy Education Foundation) and is qualified to teach Japanese calligraphy.

From Namiko Abe:

This site offers lessons, articles related language and culture, great links to Japanese language resources and more. Many of my lessons are hand written to teach proper stroke order and present the writing in a natural format. I like to help people learn Japanese and put an extra personal touch into my lessons. I will be very happy if my site helps you to understand and enjoy Japanese.
Advertisement
Sumber: 
KAMISM-Japanese PaperOriginal Japanese Paper for Wallcovering and morekamism.co.jp/index_en.html

CNN dan Info Tsunami di Jepang

CNN dan Info Tsunami di Jepang
Marissa Haque, Ikang Fawzi, Remembering Japan, 2011

marissa haque, ikang fawzi, fujiyama-sakura-tokyo-japan

marissa haque, ikang fawzi, fujiyama-sakura-tokyo-japan
marissa haque, ikang fawzi, fujiyama-sakura-tokyo-japan

White Sakura in Tokyo, Japan, in Marissa Haque & Ikang Fawzi

White Sakura in Tokyo, Japan, in Marissa Haque & Ikang Fawzi
White Sakura in Tokyo, Japan, in Marissa Haque & Ikang Fawzi, Chikita fAwzi, Isabella Fawzi

Entri Populer